Kho Ping Hoo

Posted by admin On Selasa, 13 September 2011 0 komentar
Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (1926-1994) merupakan salah satu penulis cerita silat paling produktif. Imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Sehingga meski tidak bisa membaca dan menulis dalam bahasa mandarin, Kho Ping Hoo banyak menulis cerita silat dengan latar belakang sejarah Cina. Selama 30 tahun lebih dia telah menulis sekitar 120 judul cerita silat yang sebagian besar ceritanya berlatar Cina. Meski dalam karyanya terdapat fakta historis dan geografis Tiongkok dalam ceritanya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sehingga membingungkan bagi yang mengerti sastra dan sejarah Cina.

Kho Ping Ho dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada 17 Agustus 1926 dan meninggal dunia pada 22 Juli 1994 dalam usia 67 tahun. Kho Ping Hoo hanya menyelesaikan pendidikan kelas 1 Hollandsche Inlandsche School (HIS). Meski demikian Ia amat gemar membaca, sebagai langkah awal kemahirannya menulis.

Sejak kecil ayahnya telah mengajarkan seni beladiri kepadanya sehingga silat bukanlah hal yang asing baginya. Maka sejak 1959 Ia pun menciptakan cerita silat. Tetapi karyanya yang pertama merupakan cerita pendek yang dimuat di majalah Star Weekly pada 1958.

Karya cerita silat pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih yang dimuat secara bersambung di majalah Teratai. Majalah itu ia dirikan bersama beberapa pengarang lainnya. Saat itu, selain menulis, ia masih bekerja sebagai juru tulis dan kerja serabutan lainnya, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Setelah cerita silatnya menjadi populer, ia pun memilih fokus menulis. Ia menerbitkan sendiri cerita silatnya dalam bentuk serial buku saku, yang ternyata sangat laris. Cerita silatnya pun makin bervariasi. Tak hanya cerita berlatar Cina, tetapi juga cerita berlatar sejarah Jawa.

Beberapa karya Kho Ping Hoo antara lain serial Bu Kek Sian Su (Bu Kek Sian Su, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar Bongkok, Pendekar Super Sakti, Sepasang Pedang Iblis, Kisah Sepasang Rajawali, Jodoh Rajawali, Suling Emas dan Naga Siluman, Kisah Para Pendekar Pulau Es, Suling Naga, Kisah si Bangau Putih, Kisah si Bangau Merah, Si Tangan Sakti, Pusaka Pulau Es), serial Pedang Kayu Harum (Pedang Kayu Harum, Petualang Asmara, Dewi Maut, Pendekar Lembah Naga, Pendekar Sadis, Harta Karun Jenghis Khan, Siluman Gua Tengkorak, Asmara Berdarah, Pendekar Mata Keranjang, Ang Hong Cu, Jodoh Si Mata Keranjang, Pendekar Kelana), dan lain-lain. Novelnya yang lain yang berlatar belakang Jawa diantaranya Darah Mengalir di Borobudur. Ada pula yang merupakan karya terjemahan, yaitu Bunga Teratai Emas.


0 komentar: